Menggiurkan Bisnis Property

Keuntungan per bulannya bisa mencapai Rp100 juta lebih. Anda tertarik?

Ada satu profesi baru yang belum banyak digeluti orang, yailu dealer properti. Lingkup kerjanya melulu beli propertj, lalu dijual kembali. Bedanya dengan broker? Broker properti sebatas menawarkan jasa perantara kepada orang yang akan jual, beli, sewa atau menyewakan properti. Sedangkan dealer properti bertindak langsung sebagai pembeli dan penjual properti.

Orang yang sukses menekuni profesi ini, salah satunya adalah Nelius Jinarta. la menjadi dealer properti tanpa sengaja. Mulanya ia membeli rumah di Nusa Loka BSD Rp40 juta tahun 1993, Rumah dengan luas bangunan 100 m2 yang berdiri di atas kaveling 9 x 20 m ini kemudian direnovasi, plafonnya juga ditinggikan dari sekitar 3 m menjadi 6 m, sehingga interiornya terkesan lega. Renovasi itu menghabiskan biaya kurang lebih Rp20 juta.

Ternyata, banyak orang yang suka melihat rumah yang plafonnya ditinggikan. Hingga satu hari datang seorang peminat serius. Orang itu tiba-tiba mengajukan penawaran Rp150 juta. Meskipun Jinarta tidak tahu harga pasarnya ketika itu, ia coba menahan harga. Setelah tawar-menawar, kedua belah pihak akhirnya sepakat melakukan transaksi dengan harga Rp165 juta.

Dengan meraih keuntungan Rp105 juta, pria kelahiran Tebing Tinggi, Sumatera Utara, itu kemudian tertarik menekuni bisnis properti. la lantas pinjam tambahan modal dari keluarganya, dibelikan dua unit kaveling 720 m2 dan 560 m2 di Giri Loka, BSD. Harganya Rp600 ribu per m2. Lantaran lokasinya berada di seberang rumah Susi Susanti (hadiah dari Ciputra ketika pebulutangkis wanita itu memenangi medali emas Olympiade). kedua kaveling itu bisa terjual kurang dari satu bulan, dengan harga Rp725 ribu per m2. Setelah dipotong pinjaman, ia memperoleh keuntungan sekitar Rp100 juta.

Keuntungan demi keuntungan diraih, akhirnya sejak 1997 ia makin serius menekuni bisnis ini. Jinarta mampu menjual tiga sampai lima unit rumah setiap bulan. Rata-rata rumah itu dibeli Rp50 jutaan per unit, direnovasi dengan biaya sekitar 20% dari harga beli, setelah dijual ia memperoleh keuntungan 20-30%. Tapi setelah krisis, rumah seharga itu sudah tidak ada lagi. Kebanyakan berkisar Rp 150 juta - Rp 300 juta per unit. Persenrase keuntungannya juga agak menurun, minimal 10% (netto). Namun karena harga rumahnya naik, jumlah pendapatannya tetap tidak turun.

Share on Google Plus

About nowoadhi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment